MODUL
KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
(SISTEM PERKEMIHAN)
Editor
Purhadi, S. Kep. Ns
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR
PURWODADI
IDENTITAS MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
NAMA MAHASISWA :
NIM :
JENIS KELAMIN :
TEMPAT, TANGGAL, LAHIR :
ALAMAT :
TANDA TANGAN MAHASISWA
(……………………………………)
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi
Alloh SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan begitu banyak rahmat dan
rezekinya. penulis memujinya dengan pujian orang orang yang bersyukur yang
menyadari anugrahnya, kemurahanya, pemberianya, dan nikmatnya yang takkan
pernah terhitung. segala puji hanya pada Alloh yang telah menciptakan segala
sesuatu dengan sempurna dan penuh keindahan yang menunjukan kesempurnaan aturan
dan penciptaan.
Substansi Modul
merupakan isi dari mata Kuliah Keperewatan Medikal Bedah (Sistem Perkemiha) Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi dapat terselesaikan karena limpahan kasih dan sayangnya.
Modul ini disusun sebagai bentuk acuan dan
pegangan bagi mahasiswa dan mahasiswi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi yang sudah menyelesaiak semester
sebelumya. Bertujuan untuk lebih memahami teori yang diberikan saat kuliah dan
diharapkan dapat mmberikan acuan bagi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran
denagn metode Seven Jump. Selain itu dengan penerapan KBK (kurikulum berbasis
kompetensi) yang dilaksanakan, modul ini dapat memberikan jalan bagi proses
pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi
mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan
Atas peran berbagai pihak, Modul ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada seluruh Civitas Akademika STIKES AN-NUR Purwodadi yang
memberikan dukungan dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa isi dari Modul ini
akan bermanfaat dan dapat dikembangkan jika ada masukan dan kritikan dari para
pembaca. Semoga hasil kecil ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
upaya peningkatan pendidikan kesehatan.
penulis
(Purhadi)
TATA TERTIB SCL
1. Lima menit
sebelum jam jam PBM, mahasiswa harus sudah siap didepan kelas
2. Bila terlambat
10 menit atau lebih, mahasiswa tidak boleh ikut PBM pada hari itu
3. Setiap kali akan
PBM, diadakan pre
tes dengan bahan yang akan dikerjakan, bila tidak lulus, mahasiswa harus
mengulang atau menganti pretes pada hari lain
4. Pada waktu
tutorial, mahasiswa tidak boleh meninggalkan tutorial tanpa pembimbing
(fasilitator)
5. Bila mahasiswa
merusak/ memecahkan alat, diwajibkan mengganti Alat tersebut paling lambat satu
hari sebelum pembelajaran berikutnya
6. Bila mahasiswa
tidak mengikuti tutorial maka tutorial dianggap belum selesai atau tidak
mempunyai nilai tutorial
7. Jika mahasiswa
berhalangan hadir saat proses pembelajaran, maka dianggap gugur atau tidak
mempunyai nilai proses pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Diskripsi singkat
Modul sistem perkemihan merupakan salah satu
modul pembelajaran yang digunakan oleh mahasiswa STIKES Annur purwodadi. Modul
ini memberikan arahan kepada mahasiswa secara individu maupun berkelompok untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan setelah menyelesaikan modul.
B. Petunjuk penggunaan
1.
Bacalah dengan cermat modul ini sebelum mengikuti
perkuliahan
2.
Ikuti petunjuk petunjuk secara khusus dalam
pembelajaran tiap pertemuan
3. Gunakan evaluasi
dalam pencapaian kompetensi
C. Sistematika
BAB I pendahuluan
BAB II
panduan materi ajar
BAB II
Panduan latihan
BAB II
PANDUAN MATERI AJAR
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
2015
A.
Pengertian Sistem
Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B.
Susunan Sistem
Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1.
GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1). Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2). Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3). Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1). Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2). Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3). Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1)Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1)Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine.
2) Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.
3) Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.
d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C. Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Baerat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
GAGAL GINJAL AKUT
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
2015
A. PENGERTIAN GAGAL GINJAL
AKUT
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
B. KLASIFIKASI :
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal
2. Gagal Ginjal Akut Post Renal
3. Gagal Ginjal Akut Renal
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal
2. Gagal Ginjal Akut Post Renal
3. Gagal Ginjal Akut Renal
1. Gagal Ginjal Akut
Prerenal;
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Etiologi
1.Penurunan Volume vaskular ;
a. Kehilangan darah/plasma karena perdarahan,luka bakar.
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah, diare.
1.Penurunan Volume vaskular ;
a. Kehilangan darah/plasma karena perdarahan,luka bakar.
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah, diare.
2. Kenaikan kapasitas vaskular
a. sepsis
b. Blokade ganglion
c. Reaksi anafilaksis.
a. sepsis
b. Blokade ganglion
c. Reaksi anafilaksis.
3. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa
jantung
a. renjatan kardiogenik
b. Payah jantung kongesti
c. Tamponade jantung
d. Distritmia
e. Emboli paru
f. Infark jantung.
a. renjatan kardiogenik
b. Payah jantung kongesti
c. Tamponade jantung
d. Distritmia
e. Emboli paru
f. Infark jantung.
2. Gagal
Ginjal Akut Posrenal
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi
Etiologi
1. Obstruksi
a. Saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kristal dll.
b. Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein (mieloma).
2. Ektravasasi.
1. Obstruksi
a. Saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kristal dll.
b. Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein (mieloma).
2. Ektravasasi.
3. Gagal Ginjal Akut Renal
1. GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :
a. Glomerulonefritis
b. Nefrosklerosis
c. Penyakit kolagen
d. Angitis hipersensitif
e. Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.
2.Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.
1. GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :
a. Glomerulonefritis
b. Nefrosklerosis
c. Penyakit kolagen
d. Angitis hipersensitif
e. Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.
2.Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.
Pemeriksaan
Laboratorium :
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2. Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
4. Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
5. Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6. Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
7. Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
8. Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9. PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
10. Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
11. Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
12. Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
14. SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15. Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16. Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2. Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
4. Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
5. Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6. Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
7. Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
8. Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9. PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
10. Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
11. Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
12. Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
14. SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15. Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16. Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
Darah :
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10. Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. CT.Skan
12. MRI
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10. Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. CT.Skan
12. MRI
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
C. PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan istirahat :
a. gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
1. Aktifitas dan istirahat :
a. gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).
Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).
Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4. Makanan/Cairan
a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).
a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).
5. Neurosensori
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
b. Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
b. Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
6. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
b. Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
b. Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
7. Pernafasan
a. Gejala : nafas pendek
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
a. Gejala : nafas pendek
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
8. Keamanan
a. Gejala : adanya reaksi transfusi
b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
a. Gejala : adanya reaksi transfusi
b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL :
1. Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2. Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
1. Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2. Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
GAGAL GINJAL KRONIK
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
2015
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Merupakan penyakit ginjal tahap akhir
Progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik),
agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999;
626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain:
• Infeksi misalnya pielonefritis kronik
• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
• Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
• Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
• Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
• Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
• Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
• Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
• Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal
dan penderita asimtomatik.
• Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat
diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal,
azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
• Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate
10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini
kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik
dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai
muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak,
udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat
parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449)
antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
• Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
• Pembesaran vena leher
• Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, mual dan muntah
• Perdarahan saluran GI
• Ulserasi dan pardarahan mulut
• Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
• Kram otot
• Kehilangan kekuatan otot
• Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
• Warna kulit abu-abu mengkilat
• Pruritis
• Kulit kering bersisik
• Ekimosis
• Kuku tipis dan rapuh
• Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
• Amenore
• Atrofi testis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan
sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga
untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
F. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit
hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah
berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan
tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah
individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status
kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C
Long, 2001)
G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen
pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal
H. PATHWAY
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
jantung yang meningkat.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan
H2O.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2
ke jaringan menurun.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat, keletihan.
Komplikasi
1.
Hipertensi
2.
Hiperkalemia
3.
Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
4.
Anemia
5.
Penyakit tulang
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal
1449)
Fokus Pengkajian
1. Aktifitas
/istirahat
Gejala:
-
Kelemahan malaise
-
Kelelahan ekstrem,
-
Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
-
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala:
-
Riwayat hipertensi lama atau berat
-
Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
-
Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
-
Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik
-
Disritmia jantung
-
Pucat pada kulit
-
Friction rub perikardial
-
Kecenderungan perdarahan
3.
Integritas ego
Gejala:
-
Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain
-
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah,
perubahan kepribadian, mudah terangsang
4.
Eliminasi
Gejala:
-
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
-
Diare, Konstipasi, abdomen kembung,
Tanda:
-
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan,
berawan
-
Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB
cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia,
mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan
amonia)
Tanda:
- Distensi
abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Edema (umum,
tergantung)
- Perubahan
turgor kulit/kelembaban
- Ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot,
penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6.
Neurosensori
Gejala:
- Kram
otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit kepala,
penglihatan kabur
- telapak kaki
- Kebas/kesemutan
dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status
mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang perhatian, stupor, koma
- Kejang,
fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis,
kuku tipis dan rapuh
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala:, sakit kepala, kram
otot/nyeri kaki, nyei panggul
Tanda: perilaku
berhati-hati/distraksi, gelisah
8.
Pernapasan
Gejala:
- Dispnea, nafas
pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda:
- Dispnea,
takipnea pernapasan kusmaul
- Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9.
Keamanan
Gejala: kulit gatal,
ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- Pruritus
- Demam (sepsis,
dehidrasi)
10.
Seksualitas
Gejala: amenorea, infertilitas,
penurunan libido
11.
Interaksi sosial
Gejala:
-
Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga
12.
Penyuluhan
-
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (resti GGK), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urinaria
-
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
-
Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)
J. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
J. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
DIET PENYAKIT GINJAL
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
2015
Pantangan Makanan Pasien Gagal Ginjal tentu
harus diketahui agar kesehatan pasien tersebut membaik. Gagal Ginjal adalah
proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan, dan akan
membunuh penderitanya secara perlahan-lahan. Penyakit ini 75% diderita oleh
orang dewasa, dan disebabkan oleh hipertensi, diabetes mellitus, dan
glomerulonefritis.
Agar mampu
bertahan hidup lebih lama, pasien harus membatasi beberapa Pantangan Makanan
dan memperbanyak mengonsumsi masukan kalsium dan protein rendah fosfat. Dengan
metode Diet
Pasien Gagal Ginjal tersebut diharapkan kesehatan ginjal tetap terjaga dan berfungsi
dengan lebih baik.
Pantangan
Makanan Gagal Ginjal
Adapun pantangan
makanan bagi Pasien Gagal Ginjal adalah sebagai berikut:
- Hindari makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi (nasi, jagung, ubi, kentang, pasta, macaroni dan hevermout).
- Hindari makanan yang mengandung protein tinggi ( daging ayam, daging kambing, ikan, udang, telur, hati dan keju).
- Hindari sayuran dan buah yang mengadung tinggi kalium (apel, alpukat, jeruk, pisang, anggur, kubis, buncis, kembang kol, seledri, stroberi, pepaya dan daun papaya).
- Hindari makanan olahan yang banyak mengandung garam ( makanan beku, sup kalengan, makanan cepat saji, camilan asin dan sayuran dalam kaleng)
- Hindari konsumsi makanan yang mengandung zat fosfor (selai kacang, jenis kacang-kacangan, kacang kering, susu dan keju).
Tidak
terkontrolnya pasien Gagal Ginjal dalam mengkonsumsi salah satu jenis makanan
diatas akan berdampak sangat tidak baik. Seperti apabila Pantangan Makanan yang
mengandung fosfor dikonsumsi secara berlebihan makan akan mengakibatkan
lemahnya tulang dan menimbulkan gatal-gatal pada kulit.
Tips Menjaga
Kesehatan Ginjal
Agar ginjal
tetap sehat tentu anda harus melakukan pola hidup sehat, berhenti merokok dan
minum alkohol, menjaga tekanan
darah dan gula darah, melakukan medical cek-up secara rutin dan tidak
berlebihan dalam mengkonsumsi berapa Pantangan Makanan Pasien Gagal Ginjal.
Karena mungkin saja beberapa Pantangan Makanan tersebut diatas, juga sebagai
sumber Penyebab Gagal Ginjal.
Pengaturan diet ini harus disesuaikan dengan
tingkat keparahan gangguan fungsi ginjal seorang pasien, sehingga harus
dikonsultasikan lagi dengan dokter yang merawat pasien gagal ginjal tersebut.
Secara umum, yang harus diperhatikan adalah:
- Pembatasan konsumsi protein. Sangatlah penting untuk mendapatkan jumlah protein yang tepat karena protein diperlukan untuk membentuk otot, memperbaiki jaringan yang rusak dan melawan infeksi. Asupan protein yang sesuai akan membuat tubuh mendapatkan protein yang cukup tanpa menghasilkan urea (hasil metabolisme protein) berlebihan dan memperberat kerja ginjal. Protein hewani berasal dari telur, ikan, daging, keju, dan susu. Protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian.
- Pengurangan konsumsi garam. Batasi konsumsi garam sampai 4-6 gram sehari untuk mencegah timbunan cairan dalam tubuh dan membantu mengontrol tekanan darah Anda.
- Batasi asupan cairan. Pada stadium awal, mungkin Anda tidak perlu membatasi asupan cairan. Namun, saat fungsi ginjal memburuk dan pasien menjalani dialisis (cuci darah), pasien akan menghasilkan urin dalam jumlah sangat sedikit atau bahkan tidak kencing sama sekali. Hal ini akan menyebabkan timbunan cairan dalam tubuh sehingga menyebabkan timbunan cairan di jantung, paru dan tungkai. Yang termasuk cairan adalah air minum, kuah sayuran, kuah sup, jeli dan sebagainya.
- Batasi asupan kalium karena ginjal yang sudah rusak tidak dapat membuangnya dari dalam tubuh. Kalium yang tinggi akan menyebabkan irama jantung yang tidak normal dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Contoh makanan dengan kandungan kalium yang tinggi adalah pisang, jeruk, alpukat, kiwi, kismis, kacang-kacangan, kentang, asparagus, tomat, dan labu. Pilihlah peach, pear, cherry, apel, strawberry, nanas, dan semangka, brokoli, kol, wortel, bunga kol, seledri, ketimun, terong, selada, bawang.
- Batasi asupan fosfor untuk menjaga kesehatan tulang. Kelebihan fosfor dalam darah akan menyebabkan kalsium berkurang sehingga tulang menjadi rapuh. Contoh makanan yang tinggi fosfor adalah telur, susu, yoghurt, keju, biji-bijian, dan minuman bersoda. Anda mungkin akan memerlukan kalsium tambahan dan vitamin D untuk menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor dalam tubuh Anda
LABORATORIUM BERHUBUNGAN DENGAN
GINJAL
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI
2015
Untuk mengetahui kesehatan ginjal biasanya dilakukan dengan melakukan tes darah maupun tes urine. Biasanya hasil tes laboratorium dibaca oleh Dokter sebagai orang yang berkompeten untuk itu, tetapi tidak ada salahnya jika kita juga mengetahui informasi tentang hal tersebut.
Pada bagian pertama ini akan dibahas yang berhubungan dengan ginjal terlebih dahulu.. Informasi ini diperoleh melalui situs The Indonesia Diatram Kidney Foundation dan beberapa sumber lain:
Jika kita menguji melalui tes darah ada tes :
1. Ureum (Blood Urea Nitrogen)
Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin
adalah sampah dari sisa – sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa
3. Glumerolus Filtration RateGFR
merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.
Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu:
Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal disease) sebagai berikut :
(140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika wanita)
(ml/menit) 72 x Kreatinin Serum
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
(kedua rumus ini dari www.kidney.org)
Nilai GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, maka penyakit ginjal dapat ditegakkan.
Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk masing-masing stadium penyakit ginjal.
- Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita, semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD.
- Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
- Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
- Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
- Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal..
1. Urine hemoglobin (Heme)
adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.
2. Creatine clearence
merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.
3. Albumin
adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh – pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.
4. Microalbuminuria
adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun.
LATIHAN DAN TUGAS MAHASISWA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(SISTEM PERKEMIHAN)
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR
PURWODADI
2015
Kasus : bacalah
dengan seksama.
Tn ATH umur 50 tahun datang ke RSUD R Soedjati Purwodadi untuk melakukan proses HD. BB klien saat ini 55kg,TB 160cm, wajah tampak pucat,konjungtiva anemis, perut
buncit, kaki tampak oedem, klien sudah 12 kali HD. Berat badan setelah HD
terakhir 50kg. Pemeriksaan laboraorium gula darah 200mg ureum 104mg/dl,
kreatainin 5,3 mg/dl.
Soal : pilihlah salah satu
jawaban yang paling benar
1.
Diagnosa
keperawatan utama yang sesuai dengan kasus diatas adalah………..
a.
Rasa nyaman
b.
Perubahan perfusi jaringan
c.
Resti infeksi
d.
Gangguan
cairan dan elektrolt
e.
kelebihan
cairan
2.
berapa IWG (interdialytic weight gain)……………
a.
2
b.
3
c.
4
d.
5
e.
6
3.
Berapa nilai
GFR jika dihitung dengan rumus menggunakan kreatinin ………
a.
12
b.
13
c.
14
d.
15
e.
16
4. Jika mau dilakukan HD berikutnya berapa Kg cairan
yang ditarik………..
a.
1,5
b.
2
c.
2,5
d.
3
e.
3,5
5.
Berapa IMT
pasien saat ini ….
a.
19
b.
20
c.
21
d.
22
e.
23
Kasus : bacalah
dengan seksama.
Ny A umur 60 tahun datang ke RSUD R Soedjati Purwodadi untuk
melakukan proses HD. BB klien saat ini 60kg,TB 160cm,
wajah tampak pucat,konjungtiva anemis, perut buncit, kaki tampak oedem, klien
sudah 10 kali HD. Berat badan setelah HD terakhir 57kg. Pemeriksaan laboraorium
gula darah 220 mg, ureum 104mg/dl, kreatainin 7,1 mg/dl.
Soal : pilihlah salah satu
jawaban yang paling benar
6.
Diagnosa
keperawatan utama yang sesuai dengan kasus diatas adalah………..
a.
Rasa nyaman
b.
Perubahan perfusi jaringan
c.
Resti infeksi
d.
Gangguan
cairan dan elektrolt
e.
kelebihan
cairan
7.
berapa IWG (interdialytic weight gain)……………
a.
2
b.
3
c.
4
d.
5
e.
6
8.
Berapa nilai
GFR jika dihitung dengan rumus menggunakan kreatinin ………
a.
4
b.
5
c.
6
d.
7
e.
8
9. Jika mau dilakukan HD berikutnya berapa Kg cairan
yang ditarik………..
a
1,5
b
2
c
2,5
d
3
e
3,5
10.
Berapa IMT
pasien saat ini ….
a.
19
b.
20
c.
21
d.
22
e. 23
Kasus : bacalah
dengan seksama.
Ny N umur 65 tahun datang ke RSUD R Soedjati Purwodadi untuk melakukan proses HD. BB klien saat ini 65kg,TB 170cm, wajah tampak pucat,konjungtiva anemis, perut
buncit, kaki tampak oedem, klien sudah 15 kali HD. Berat badan setelah HD
terakhir 62kg. Pemeriksaan laboraorium gula darah 250 mg, ureum 150mg/dl, kreatainin
9.5 mg/dl.
Soal : pilihlah salah satu
jawaban yang paling benar
11.
Diagnosa
keperawatan utama yang sesuai dengan kasus diatas adalah………..
a.
Rasa nyaman
b.
Perubahan perfusi jaringan
c.
Resti infeksi
d.
Gangguan
cairan dan elektrolt
e.
kelebihan
cairan
12.
berapa IWG (interdialytic weight gain)……………
a.
2
b.
3
c.
4
d.
5
e.
6
13.
Berapa nilai
GFR jika dihitung dengan rumus menggunakan kreatinin ………
a
5
b
6
c
7
d
8
e
9
14. Jika mau dilakukan HD berikutnya berapa Kg cairan
yang ditarik………..
a.
1,5
b.
2
c.
2,5
d.
3
e.
3,5
15.
Berapa IMT
pasien saat ini ….
a.
19
b.
20
c.
21
d.
22
e.
23
Soal perkemihan
A
Tuan G umur 53
tahun sudah menjalani HD dua kali seminggu. Saat ini klien datang ke ruang HD
RSUD Dr R Soedjati, akan menjalani Proses HD yang ke 25 dengan BB 53kg, TB
160cm. BB terakhir setelah HD sebelumnya adalah 49kg. Saat ini klien mengeluh
lemas, kaki tampak oedem, wajah tampak sembab, klien mengatakan urin total
600ml. Pemeriksaan laboratorium HB 9 mg, Lekosit 6000mg, Gula darah 350mg, Asam Urat 9 mg,
kolesterol 300mg, ureum 88mg,
Kreatinin 6,5mg.
Nama :
Nim :
1. Berapa IMT
2. Berapa BB ideal
3. Berapa IDWG
4. Berapa BB kering
5. Buatkan patofisologi kasus penyebab GGK
6. Apa pengaruh asam urat tinggi terhadap
glomerolus
7. Apa pengaruh gula darah tinggi terhadap
gomerolus
8. Berapa liter air yang harus diminum pada
periode terakhir menurut IWL
9. Masalah keperawatan yang muncul
10. Intervensi sesuai masalah keperawatan yg
muncul
|
Soal perkemihan
B
Tuan H umur 43
tahun sudah menjalani HD dua kali seminggu. Saat ini klien datang ke ruang HD
RSUD Dr R Soedjati, akan menjalani Proses HD yang ke 20 dengan BB 43kg, TB
150cm. BB terakhir setelah HD sebelumnya adalah 41kg. Saat ini klien
mengatakan tak berdaya dengan penyakitnya, klien hanya pasrah melakukan HD
dan selalu menuruti semua saran dari petugas, klien mengatakan urin total
500ml. Pemeriksaan laboratorium HB 8 mg, Lekosit 5000mg, Gula darah 300mg, Asam Urat 8 mg,
kolesterol 250mg, ureum 80mg,
Kreatinin 5,5mg.
Nama :
Nim :
1. Berapa IMT
2. Berapa BB ideal
3. Berapa IDWG
4. Berapa BB kering
5. Buatkan patofisologi kasus penyebab GGK
6. Apa pengaruh asam urat tinggi terhadap
glomerolus
7. Apa pengaruh gula darah tinggi terhadap
gomerolus
8. Berapa liter air yang harus diminum pada
periode terakhir menurut IWL
9. Masalah keperawatan yang muncul
10. Intervensi sesuai masalah keperawatan yg
muncul
|
Soal perkemihan
C
Tuan I umur 50
tahun sudah menjalani HD dua kali seminggu. Saat ini klien datang ke ruang HD
RSUD Dr R Soedjati, akan menjalani Proses HD yang ke 30 dengan BB 55kg, TB
155cm. BB terakhir setelah HD sebelumnya adalah 50kg. Saat ini klien mengeluh
lemas, kaki tampak oedem, wajah tampak sembab, klien mengatakan urin total
700ml. Pemeriksaan laboratorium HB 10 mg, Lekosit 7000mg, Gula darah 400mg, Asam Urat 10 mg,
kolesterol 350mg, ureum 90mg,
Kreatinin 8mg.
Nama :
Nim :
1. Berapa IMT
2. Berapa BB ideal
3. Berapa IDWG
4. Berapa BB kering
5. Buatkan patofisologi kasus penyebab GGK
6. Apa pengaruh asam urat tinggi terhadap
glomerolus
7. Apa pengaruh gula darah tinggi terhadap
gomerolus
8. Berapa liter air yang harus diminum pada
periode terakhir menurut IWL
9. Masalah keperawatan yang muncul
10. Intervensi sesuai masalah keperawatan yg
muncul
|
Soal perkemihan
Tuan J umur 60
tahun sudah menjalani HD dua kali seminggu. Saat ini klien datang ke ruang HD
RSUD Dr R Soedjati, akan menjalani Proses HD yang ke 25 dengan BB 60kg, TB
160cm. BB terakhir setelah HD sebelumnya adalah 58kg. Saat ini klien
mengatakan tak berdaya dengan penyakitnya, klien hanya pasrah melakukan HD
dan selalu menuruti semua saran dari petugas, klien mengatakan urin total
600ml. Pemeriksaan laboratorium HB 8.5 mg, Lekosit 7000mg, Gula darah 250mg, Asam Urat 8,5 mg,
kolesterol 300mg, ureum 90mg,
Kreatinin 9,5mg.
Nama :
Nim :
1. Berapa IMT
2. Berapa BB ideal
3. Berapa IDWG
4. Berapa BB kering
5. Buatkan patofisologi kasus penyebab GGK
6. Apa pengaruh asam urat tinggi terhadap
glomerolus
7. Apa pengaruh gula darah tinggi terhadap
gomerolus
8. Berapa liter air yang harus diminum pada
periode terakhir menurut IWL
9. Masalah keperawatan yang muncul
10. Intervensi sesuai masalah keperawatan yg
muncul
|
TOOL LABORATORIUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(SISTEM PERKEMIHAN)
Disusun oleh :
PURHADI, S. Kep. Ns.M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR
PURWODADI
2015
TOOLS PROSEDUR : IRIGASI KANDUNG KEMIH
|
||||||||||||||||||
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
BOBOT
|
NILAI
|
|
||||||||||||||
YA
|
TIDAK
|
|||||||||||||||||
A
|
FASE ORIENTASI (15)
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Memberi salam atau menyapa
klien
|
3
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
3
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Menjelaskan prosedur langkah langkah
|
3
|
|
|
||||||||||||||
5
|
Mendekatkan alat alat kedekat pasien
|
3
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
(70)
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
cuci tangan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
2
|
kenakan sarung tangan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
pasang sampiran
|
3
|
|
|
||||||||||||||
4
|
atur posisi klien , wanita (dorsal recumbent) Pria
(supine)
|
5
|
|
|
||||||||||||||
5
|
pasang pengalas
|
5
|
|
|
||||||||||||||
6
|
keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
|
10
|
|
|
||||||||||||||
7
|
masukan ujung selang irigasi
|
5
|
|
|
||||||||||||||
8
|
tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi
pada tiang infus
|
5
|
|
|
||||||||||||||
9
|
buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui
selang
|
5
|
|
|
||||||||||||||
10
|
hitung kecepatan tetesan larutan irigasi drainase
|
|
|
|
||||||||||||||
|
(slow rate 10-20 tetes/menit, fast rate
20-40rate/menit) dan periksa volume
|
10
|
|
|
||||||||||||||
11
|
melepas sarung tangan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
12
|
atur posisi nyaman klien
|
3
|
|
|
||||||||||||||
13
|
bereskan semua perlatan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
14
|
cuci tangan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI (15)
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Merapikan pasien
|
3
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Merapikan alat alat
|
3
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Mencuci tangan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
5
|
berpamitan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
TOTAL
|
100
|
|
|
||||||||||||||
IWL (insensible Water loss) pada pasien gagal
ginjal dengan proses Hemodialisis
|
||||||||||||||||||
NO.
|
ITEM
YANG DINILAI
|
SCORE
|
YA
|
TIDAK
|
||||||||||||||
A.
|
FASE ORIENTASI (20)
|
|
|
|
||||||||||||||
|
1. Mengucapkan salam
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
2. Memperkenalkan diri
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
3. Menjelaskan tujuan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
4. menanyakan kesiapan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
B.
|
FASE KERJA (70)
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
memanggil pasien
|
5
|
|
|
||||||||||||||
2
|
memberikan Form balance cairan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
3
|
menanyakan Berat badan pasien
|
10
|
|
|
||||||||||||||
4
|
menanyakan jumlah urin dari hari kemaren sampai
sekarang
|
10
|
|
|
||||||||||||||
5
|
jika sudah tahu jumlah urin, menanyakan berapa
cairan yang harus diminum
|
10
|
|
|
||||||||||||||
6
|
menghitung cairan yang harus di minum dengan IWL
|
15
|
|
|
||||||||||||||
7
|
mencatat hasilnya
|
10
|
|
|
||||||||||||||
8
|
memberi tahu hasil kepada pasien
|
10
|
|
|
||||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI (10)
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
evaluasi
|
5
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Merapikan alat
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Berpamitan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
D
|
PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Ketenangan dalam melakukan tindakan
|
3
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
TOTAL
|
100
|
|
|
||||||||||||||
TOOLS PROSEDUR : KATETER PRIA
|
||||||||||||||||||
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
BOBOT
|
NILAI
|
|
||||||||||||||
YA
|
TIDAK
|
|||||||||||||||||
A
|
FASE ORIENTASI
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Memberi salam atau menyapa klien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Menjelaskan prosedur langkah langkah
|
2
|
|
|
||||||||||||||
5
|
Mendekatkan alat alat kedekat pasien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Cuci
tangan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Memasang
selimut mandi (selimuti badan bagian atas dengan selimut mandi
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Mengatur
posisi pasien Supinasi paha sedikit abduksi
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Memasang
perlak dan pengalas
|
2
|
|
|
||||||||||||||
5
|
Meletakan
bengkok didekat paasien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
6
|
Memakai
sarung tangan bersih
|
2
|
|
|
||||||||||||||
|
Membersihkan
glan penis dengan menarik prepitium dengan kapas
|
2
|
|
|
||||||||||||||
7
|
sublimate
atau air DTT
|
5
|
|
|
||||||||||||||
8
|
Melepas
hanscoon bersih dan mengganti dengan handscoon steril
|
5
|
|
|
||||||||||||||
9
|
Memasang
duk steril
|
5
|
|
|
||||||||||||||
10
|
Mengambil
kateter dan ujungnya diberi vaselin 7,5 sampai dengan 12,5 cm
|
2
|
|
|
||||||||||||||
11
|
pegang
panis tepat dibawah glans penis (yang belum disunat retraksi
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
prepusium
dengan tangan yang tidak dominan.
|
5
|
|
|
||||||||||||||
12
|
Memasukan
ujung kateter perlahan lahan sedalam 15- 20 cm atau sampai
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
urin
keluar ( meminta pasien untuk tarik nafas dalam saat kateter dimasukan)
|
5
|
|
|
||||||||||||||
13
|
Menampung
urin kedalam bengkok dan botol steril bila diperlukan untuk
|
5
|
|
|
||||||||||||||
|
pemeriksaan
dan biarkan kandung kemih benar benar kosong
|
5
|
|
|
||||||||||||||
14
|
lepaskan
kateter yang bersifat tidak menetap tarik kateter dengan perlahan
|
|
|
|
||||||||||||||
|
dan
lembut sampai terlepas
|
5
|
|
|
||||||||||||||
15
|
menggelembungkan
balon kateter yang menetap atau mengunci kateter
|
2
|
|
|
||||||||||||||
|
dengan
mengisi balon kateterdengan aquabides sesuai ukuran
|
|
|
|
||||||||||||||
16
|
melepas
duk steril
|
2
|
|
|
||||||||||||||
17
|
menyambung
kateter dengan urin bag
|
2
|
|
|
||||||||||||||
18
|
mengolesi
orifisium dengan desinfektan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
19
|
Memfiksasi
kearah kearah perut atau atas dengan plester
|
2
|
|
|
||||||||||||||
20
|
Melepas
handscoon steril
|
2
|
|
|
||||||||||||||
21
|
Menggantikan
selimut mandi dengan selimut klien sebelumnya ditawarkan untuk memakai jenis
pakaian bawah
|
2
|
|
|
||||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Merapikan pasien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Merapikan alat alat
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Mencuci tangan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
5
|
berpamitan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
TOTAL
|
100
|
|
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Ket : Penilaian :
|
||||||||||||||||||
Nilai 1 : bila dilakukan
benar/sempurna (beri tanda v)
|
||||||||||||||||||
Nilai 1 : bila dilakukan tidak
benar /tidak dilakukan (beri tanda -)
|
||||||||||||||||||
TOOLS
PROSEDUR : KATETER PEREMPUAN
|
||||||||||||||||||
A
|
Aspek yang dinilai
|
bobot
|
|
|
||||||||||||||
A
|
FASE ORIENTASI
|
|||||||||||||||||
1
|
Memberi salam atau menyapa klien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Menjelaskan prosedur langkah langkah
|
2
|
|
|
||||||||||||||
5
|
Mendekatkan alat alat kedekat pasien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Memasang selimut mandi
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Mengatur posisi pasien dorsal recumbent dan melepas
pakaian bawah
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Memasang perlak dan pengalas
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Meletakan bengkok didekat paasien
|
5
|
|
|
||||||||||||||
5
|
Memakai sarung tangan bersih
|
2
|
|
|
||||||||||||||
6
|
Melakukan Vulva higiene
|
10
|
|
|
||||||||||||||
7
|
Melepas hanscoon bersih dan mengganti dengan
handscoon steril
|
2
|
|
|
||||||||||||||
8
|
Memasang duk steril
|
5
|
|
|
||||||||||||||
9
|
Mengambil kateter dan ujungnya diberi vaselin 3-7 cm
|
10
|
|
|
||||||||||||||
10
|
Membuka labia mayora dengan jari telunjuk dan ibu
jari sampai tampak meatus uretra, tangan kanan memasukan ujung kateter
perlahan lahan sedalam 3-7 cm atau samapai urin keluar ( meminta pasien untuk
tarik nafas dalam saat kateter dimasukan)
|
10
|
|
|
||||||||||||||
11
|
Menampung urin kedalam bengkok dan botol steril bila
diperlukan
|
6
|
|
|
||||||||||||||
12
|
Mengunci kateter dengan mengisi balon kateter dengan
aquabides
|
5
|
|
|||||||||||||||
13
|
Menyambung kateter dengan urin bag
|
5
|
|
|
||||||||||||||
14
|
Mengolesi orifisium dengan desinfektan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
15
|
Memfiksasi kearah kearah perut atau atas dengan
plester
|
5
|
|
|
||||||||||||||
16
|
Melepas handscoon steril
|
2
|
|
|
||||||||||||||
17
|
Menggantikan selimut mandi dengan selimut klien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Merapikan pasien
|
2
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
2
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Merapikan alat alat
|
2
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Mencuci tangan + Berpamitan
|
4
|
|
|
||||||||||||||
|
jumlah
|
100
|
|
|
||||||||||||||
TOOLS PROSEDUR : KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN
PASIEN HEMODIALISIS
|
||||||||||||||||||
IWG (interdialytic weight gain)
|
||||||||||||||||||
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
BOBOT
|
NILAI
|
|||||||||||||||
YA
|
TIDAK
|
|||||||||||||||||
A
|
FASE ORIENTASI
|
|
|
|
||||||||||||||
1
|
Memberi salam / perkenalan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
5
|
|
|
||||||||||||||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
5
|
|
|
||||||||||||||
4
|
Menempatkan alat ke dekat
pasien
|
5
|
|
|
||||||||||||||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
memanggil pasien
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
memberikan Form pembatasan
cairan dan bolpoint
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
3
|
menanyakan sudah di
hemodialisis berapa kali
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
4
|
menanyakan berat badan setelah
HD terakhir dan mencatat
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
5
|
menimbang Berat badan dan
mencatat
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
6
|
menjmlah Berat badan sekarang
dikurangi
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
|
berat badan setelah HD terakhir
|
|
|
|
|
|||||||||||||
7
|
mencatat hasilnya
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
9
|
memberi tahu hasil kepada
pasien
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
10
|
kesimpulan hasil kepatuhan
pembatasan cairan
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
evaluasi
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
Merapikan alat
|
2
|
|
|
|
|||||||||||||
3
|
Berpamitan
|
3
|
|
|
|
|||||||||||||
D
|
PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
Ketenangan dalam melakukan
tindakan
|
3
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
Melakukan komunikasi terapeutik
selama tindakan
|
2
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
TOTAL
|
100
|
|
|
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Ket : Penilaian :
|
|
|||||||||||||||||
Nilai 1 : bila dilakukan
benar/sempurna (beri tanda v)
|
|
|||||||||||||||||
Nilai 1 : bila dilakukan tidak
benar /tidak dilakukan (beri tanda -)
|
|
|||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
ANAMNESA
: DRY WEIGTH (berat badan kering)
|
||||||||||||||||||
NO.
|
ITEM
YANG DINILAI
|
SCORE
|
YA
|
TIDAK
|
|
|||||||||||||
A.
|
FASE ORIENTASI (20)
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
1. Mengucapkan salam
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
2. Memperkenalkan diri
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
3. Menjelaskan tujuan
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
4. menanyakan kesiapan
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
B.
|
FASE KERJA (70)
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
memanggil pasien
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
memberikan Form pembatasan cairan
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
3
|
menanyakan sudah di hemodialisis berapa kali
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
4
|
menimbang berat badan sebelum HD dan mencatat
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
5
|
menimbang berat badan setelah HD dan mencatat
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
6
|
menjumlah BB sebelum HD dikurangi BB setelah HD
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
7
|
mengukur tensi darah
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
8
|
mencatat hasilnya
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
9
|
memberi tahu hasil kepada pasien
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
10
|
menanyakan apakah ada keluhan setelah HD
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
kalo
jawabanya tidak? Jangan tanya keluhan
|
10
|
|
|
|
|||||||||||||
|
kalo jawabanya ya? Tanya jenis keluhan
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
apakah mengeluh pusing
|
2,5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
apakah merasa kram otot
|
2,5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
mual
|
2,5
|
|
|
|
|||||||||||||
|
gatal
|
2,5
|
|
|
|
|||||||||||||
C
|
FASE TERMINASI (10)
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
evaluasi
|
5
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
Merapikan alat
|
2
|
|
|
|
|||||||||||||
3
|
Berpamitan
|
3
|
|
|
|
|||||||||||||
D
|
PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1
|
Ketenangan dalam melakukan tindakan
|
3
|
|
|
|
|||||||||||||
2
|
Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
|
2
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
TOTAL
|
100
|
|
|
|
|||||||||||||
Hari/tgl
|
HD
|
Jumlah
urin 24/jam
|
IWL
10/kg
|
Jumlah
cairan diminum
|
BB sebelum
|
BB
sesudah
|
Dry
Weight
|
IWG
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
|
|
|
|
|
|
|
TOOLS PROSEDUR : BLADDER TRAINING 1 jam
|
||||||
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
BOBOT
|
||||
A
|
FASE ORIENTASI (15)
|
|
||||
1
|
Memberi salam atau menyapa klien
|
3
|
||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
3
|
||||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
3
|
||||
4
|
Menjelaskan prosedur langkah langkah
|
3
|
||||
5
|
Mendekatkan alat alat kedekat pasien
|
3
|
||||
|
|
|
||||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
(70)
|
|
||||
1
|
cuci tangan
|
5
|
||||
2
|
kenakan sarung tangan
|
2
|
||||
3
|
pasang sampiran
|
3
|
||||
|
Tingkat masih dalam kateter
|
|
||||
4
|
Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc
dari jam 07.00 s.d.
|
5
|
||||
|
jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum
,catheter di klem
|
|
||||
5
|
Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan
mulai jam 08.00 s.d.
|
10
|
||||
|
jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
|
10
|
||||
6
|
Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter
dibuka (tidak diklem)
|
10
|
||||
|
dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
|
5
|
||||
7
|
Prosedur tersebut
diulang untuk hari berikutnya
sampai program
|
5
|
||||
|
tersebut berjalan lancar dan berhasil
|
|
||||
11
|
melepas sarung tangan
|
2
|
||||
12
|
atur posisi nyaman klien
|
3
|
||||
13
|
bereskan semua perlatan
|
5
|
||||
14
|
cuci tangan
|
5
|
||||
C
|
FASE TERMINASI (15)
|
|
||||
1
|
Merapikan pasien
|
3
|
||||
2
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
3
|
||||
3
|
Merapikan alat alat
|
3
|
||||
4
|
Mencuci tangan
|
3
|
||||
5
|
berpamitan
|
3
|
||||
|
|
|
||||
|
TOTAL
|
100
|
||||
Ket : Penilaian :
|
||||||
Nilai 1 : bila dilakukan
benar/sempurna (beri tanda v)
|
||||||
Nilai 1 : bila dilakukan tidak
benar /tidak dilakukan (beri tanda -)
|
||||||
TOOLS PROSEDUR : BLADDER TRAINING 2 jam
|
||||
NO
|
ASPEK YANG DINILAI
|
BOBOT
|
||
A
|
FASE ORIENTASI (15)
|
|
||
1
|
Memberi salam atau menyapa klien
|
3
|
||
2
|
Memperkenalkan diri
|
3
|
||
3
|
Menjelaskan tujuan tindakan
|
3
|
||
4
|
Menjelaskan prosedur langkah langkah
|
3
|
||
5
|
Mendekatkan alat alat kedekat pasien
|
3
|
||
|
|
|
||
B
|
FASE KERJA / PERSIAPAN ALAT
(70)
|
|
||
1
|
cuci tangan
|
5
|
||
2
|
kenakan sarung tangan
|
2
|
||
3
|
pasang sampiran
|
3
|
||
|
Tingkat masih dalam kateter
|
|
||
4
|
Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc
dari jam 07.00 s.d.
|
5
|
||
|
jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum
,catheter di klem
|
|
||
5
|
Kemudian setiap 2 jam kandung kemih dikosongkan
mulai jam 09.00 s.d.
|
10
|
||
|
jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
|
10
|
||
6
|
Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter
dibuka (tidak diklem)
|
10
|
||
|
dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
|
5
|
||
7
|
Prosedur tersebut diulang untuk hari
berikutnya sampai program
|
5
|
||
|
tersebut berjalan lancar dan berhasil
|
|
||
11
|
melepas sarung tangan
|
2
|
||
12
|
atur posisi nyaman klien
|
3
|
||
13
|
bereskan semua perlatan
|
5
|
||
14
|
cuci tangan
|
5
|
||
C
|
FASE TERMINASI (15)
|
|
||
1
|
Merapikan pasien
|
3
|
||
2
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
3
|
||
3
|
Merapikan alat alat
|
3
|
||
4
|
Mencuci tangan
|
3
|
||
5
|
berpamitan
|
3
|
||
|
|
|
||
|
TOTAL
|
100
|
||
Ket : Penilaian :
|
||||
Nilai 1 : bila dilakukan
benar/sempurna (beri tanda v)
|
||||
Nilai 1 : bila dilakukan tidak
benar /tidak dilakukan (beri tanda -)
|
Keseimbangan Cairan dengan IWL di ruang ICU
|
|||
NO.
|
ITEM
YANG DINILAI
|
SCORE
|
|
A.
|
FASE ORIENTASI (20)
|
|
|
|
1. Mengucapkan salam
|
5
|
|
|
2. Memperkenalkan diri
|
5
|
|
|
3. Menjelaskan tujuan
|
5
|
|
|
4. menanyakan kesiapan
|
5
|
|
B.
|
FASE KERJA (70)
|
|
|
1
|
memanggil pasien
|
5
|
|
2
|
menimbang BB
|
10
|
|
3
|
menghitung jumlah urin dari hari kemaren sampai
sekarang (Out Put)
|
10
|
|
4
|
menghitung IWL = 15xBBx jam kerja (Sip)/24 (Out Put)
|
10
|
|
5
|
menghitung cairan masuk (input)
|
15
|
|
6
|
mencatat hasilnya ( Total = Input-Out put+IWL)
|
15
|
|
7
|
memberi tahu hasil kepada pasien
|
5
|
|
C
|
FASE TERMINASI (10)
|
|
|
1
|
evaluasi
|
5
|
|
2
|
Merapikan alat
|
2
|
|
3
|
Berpamitan
|
3
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
100
|
|
Ket : Penilaian :
|
|||
Nilai 1 : bila dilakukan benar/sempurna (beri tanda
v)
|
|||
Nilai 1 : bila dilakukan tidak benar /tidak
dilakukan (beri tanda -)
|
Komentar
Posting Komentar